Poker Face

POKER FACE

Poker Face

By KaGe

IM YOONA – KRIS – HYUNA

Thriller / Phsyco (All casts are God’s handmade)

Warning : OOC, Typo (s), Grammar Error

Special made for Windy (Windy.12968@gmail.com)

 yang requst FF ini 😀

Happy reading! Don’t be sider!

★★★★★

“Yoong, apa kau baik-baik saja?” Tanya Kris pada kekasihnya itu. Bibir pucat dan rambut lusuhnya membuat Kris semakin prihatin.

“Gwaenchana, oppa! Neo?” Jawab yeoja yang sedari tadi mencoba melepaskan ikatan di tangannya.

“Nado gwaenchana” sahut Kris menyodorkan ketenangan melewati senyumannya. Kris berusaha setenang mungkin agar Yoona tidak panik dengan kehadiran dirinya.

“Oppa, apa yeoja itu akan melepaskan kita, eoh?” Keraguan mulai menyelimuti Yoona. Mata eloknya mencari setiap jawaban yang mungkin dari sudut-sudut ruangan kotor itu.

“Aku juga tidak tahu, Yoong! Tapi, aku yakin kita akan keluar dari tempat ini, percayalah!” Tukas Kris.

Terkurung di dalam ruangan yang terlihat seperti gudang, ditambah tidak ada satu ventilasi pun. Hanya ada satu pintu dan satu lubang angin saja, perantara antara ruangan itu dan dunia luar. Masalahnya, lubang sebesar 15×15 cm itu hanya muat untuk kepala Yoona saja. Untuk sampai ke depan lubang itu saja tidak mungkin, bagaimana mungkin keduanya berpikir untuk keluar. Tangan dan kaki keduanya terikat di kursi besi dengan kawat. Oleh karena itu, keduanya meminimalisir gerakan-gerakan yang tidak perlu agar tidak bergesakan dengan kawat. Di pergelangan kaki dan tangan keduanya terukir beberapa sayatan dan darah yang mulai mengering. Hari ini genap 3 hari keduanya telah dikurung.

★★★★★

“Minum! Sudah syukur kuberi minum!” Bentak yeoja berambut merah itu sembari menyodorkan botol minuman ke mulut Yoona.

“Hyuna-ya, tidak bisakah kau melepaskan kami? Kita bisa bicara baik-baik, eoh?” Kris berusaha menenangkan Hyuna, sama seperti sebelum-sebelumnya.

“Bicara baik-baik? Bukankah kau yang menginginkan ini, chagi-ya?” Tangkas Hyuna. Mendengar Kris berusaha merayunya lagi, Hyuna menumpahkan banyak air ke dalam mulut Yoona sampai Yoona terbatuk-batuk.

“Hyuna-ya, bukankah kau yang memutuskan hubungan kita? Cukup kita berdua saja yang mengurus masalah ini, jangan membawa Yoona ke dalam masalah ini!”

“Aku yang memutuskan?”

Hyuna berpindah ke kursi yang mengikat Kris, berseberangan dengan kursi Yoona. Diambilnya drigen air sebagai ganti botol air yang telah habis diminum Yoona. Sebelum Kris sempat berbicara, mulut drigen berisi air itu sudah tertumpah ke dalam mulutnya. Jumlah air yang tumpah keluar bahkan lebih banyak daripada yang sempat ditelan Kris. Melihat penderitaan Kris, Hyuna akhirnya tertawa lepas.

“Kau kira aku mau, eoh? Kenapa kau tidak mengajakku berbaikan dan malah berpacaran dengan Eonnieku?”

“Berpacaran?” Kris terbatuk-batuk sebelum melanjutkan kata-katanya, “Kau memutuskan hubungan kita dan aku mendekati Yoona, apa itu masalah?” Tanya Kris polos saat Hyuna mengangkat mulut drigen itu dari mulutnya. Untuk sesaat Kris dapat berbicara.

“Tentu saja! Kau mantanku dan Yoona adalah Eonnieku!”

“Hyunnie-ya, kenapa kau melakukannya? Kau tidak perlu menyiksa kami begini, eoh?” Jawab Yoona. Kristal bening itu pun tak sengaja menetes sedikit demi sedikit dari matanya. Yoona tak pernah menyangka semuanya akan berantakan seperti ini.

Hyuna mulai menumpahkan air lagi ke mulut Kris. Kaos biru cyan Kris pun sudah basah karena air. Untuk sesaat, Yoona percaya kalau adiknya itu tidak mungkin melakukan hal sekejam ini pada keduanya. Ia teringat saat-saat dimana dia dan ibunya menjemput Hyuna dari Rumah Sakit Jiwa.

 

*flashback*

Dunia luar tidak pernah terlihat begitu indah daripada sekarang. Yeoja cantik itu melangkahkan kakinya melewati gerbang seperti yang diinginkannya selama 2 tahun terakhir. Terbesit di pikirannya untuk tidak pernah mencoba meneguk racun serangga itu lagi. Setelah kasus penyanderaan yang dialaminya, trauma memaksanya untuk terus bermimpi buruk tentang sandera lain yang tidak selamat. Peristiwa penyanderaan pegawai dan pengunjung bank pemerintah membuat Hyuna disekap bersama 9 orang lainnya. Dari 10 orang yang disandera, hanya Hyuna yang selamat. Berita mengenai peristiwa itu menjadi berita hangat di setiap majalah dan koran-koran.

Di luar gerbang terlihat Yoona dan ibunya, serta Kris, kekasih yang dinantinya selama 2 tahun terakhir ini. Hyuna tidak pernah merasa ditirikan oleh Eonnie dan Eommanya itu. Sejak keluarga kandungnya meninggal dalam bencana kebakaran, hanya Nyonya Im satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa. Hyuna dan Yoona adalah sepupu jauh. Meski begitu, Yoona selalu memperlakukan adik tirinya itu layaknya adik kandung sendiri.

Hyuna tidak pernah menceritakan detail penyanderaan yang terjadi padanya. Dari penuturan kepolisian, kesepuluh sandera ditinggalkan begitu saja setelah perampok mendapatkan uang tebusan. Di dalam gudang itu, kesembilan sandera ditemukan tewas dengan luka tusuk di berbagai tempat dan Hyuna yang selamat. Ia diduga berhasil menyelamatkan diri karena sempat bersembunyi di loteng gudang. Mungkin, para perampok mengira Hyuna berhasil melarikan diri di saat mereka lengah.

*flashback end*

“Eonnie, kau kira aku mau melakukan ini tanpa sebab, eoh?” Hyuna telah selesai memberi minum kepada Kris. “Kau sudah puas, chagi-ya? Aku sudah memberikan banyak minuman untukmu” ucap Hyuna pada Kris yang terduduk lemas di kursinya.

“Hyunnie-ya, kau bisa membicarakannya dengan eonnie, kan? Tidak perlu bermain-main seperti ini!” Tegas Yoona halus.

“Aku tidak suka serius, eon! Aku lebih suka bermain-main, sama seperti kita sekarang” jawab Hyuna tenang, lalu meninggalkan ruangan itu. Tangannya membelai wajah Kris sebelum sampai di pintu. “Oh, ya, nanti malam kalian akan kuberi makan, sudah 3 hari ini kalian belum makan, eoh? Hahaha” Tawa Hyuna mengakhiri permulaan penderitaan Yoona dan Kris di dalam ruangan itu.

★★★★★

Yoona’s POV

Apa salahku sampai dia tega melakukan ini?

Pergelangan tanganku terasa perih. Sayatan –sayatan ini tidak akan pernah kering. Walau hanya gerakan kecil, tetap saja kulitku akan terluka karena bergesekan dengan kawat yang mengikat kami. Jika aku tetap diam, mungkin lukanya tidak akan separah ini. Tapi, setiap kali aku melihat Kris diperlakukan kasar, aku tidak dapat menahan gerakan tanganku. Tanganku ingin sekali merangkulnya dan berdiri di depannya sebagai perisai pelindung ketika Hyuna mengasarinya. Aku tidak takut jika Hyuna melukaiku, tapi aku tidak tahan melihat Kris meringis kesakitan. Aku memang menyukai Kris, tapi aku harus mengalah demi adikku itu. Aku menyayangi keduanya seperti bagian dari tubuhku sendiri.

“Oppa, gwaenchana?” Tanyaku pada sosok di hadapanku yang terikat lusuh di kursinya. Lama sekali ia tidak mengangkat kepalanya. Aku kira dia tidur, tapi bagaimana mungkin ia tidur di saat seperti ini.

“Gwaenchana, yoong-ah!” Jawabnya lemah.

“Oppa, mungkinkah kita bisa keluar dari tempat ini? Aku rasa kejiwaan Hyuna belum sepenuhnya pulih”

“Tapi, ini sudah 2 bulan, Yoong-ah! Dia sudah keluar dari rumah sakit lebih dari 2 bulan, kan?” Nada bicara Kris mulai meninggi. Kelihatannya Kris sudah tidak tahan dengan permainan bodoh Hyuna ini.

“Oppa, aku tahu dia masih labil, tapi dia bukan psikopat! Aku tahu bagaimana adikku itu, oppa!” Jawabku dengan nada yang sama dengan Kris.

“Dia itu psiko, Yoong-ah! Kalau dia bukan psiko, dia tidak akan melakukan ini pada kita! Aku menyesal pernah mencintainya dulu!” Sahut Kris. Suaranya menggema di seluruh ruangan. Jika saja Hyuna mendengarnya, maka …

BRAAAKKK!!! Pintu besi, satu-satunya jalan keluar dari tempat ini, akhirnya terbuka. Lebih tepatnya dibanting keras. Siluet yang kutakutkan selama 3 hari terakhir ini menampakkan wajahnya. Matanya menggambarkan kebencian yang selama ini tidak pernah kulihat. Apa mungkin Hyuna mendengar kata-kata Kris barusan. Semakin dekat, siluet itu berubah menjadi gambaran nyata yang mengerikan dengan rambut merahnya. Tangannya menggenggam sebuah kotak yang terbuat dari karton.

“Hahaha …” yeoja itu mulai tertawa, “Ya, aku memang psikopat, oppa!” lanjutnya.

“Hyuna-ya, aku tidak bermaksud begitu! Mianhae!” Tangkas Kris cepat-cepat.

“Rencanannya aku akan memberikan makanan anjing ini untuk kalian, tapi …” diletakkannya kotak karton tadi ke lantai, “Tapi, aku akan menyudahi penderitaanmu ini, oppa!”

Aku tidak mengerti apa yang dimaksud Hyuna dengan ‘menyudahi penderitaan’ itu. Untuk sesaat, kuforsir otakku untuk menafsirkan arti kiasan itu.

“Hyuna-ya ..”

“Sssstt! Diam!” Tanggap Hyuna, memutuskan kata-kata kris.

“Sebenarnya, aku yang membunuh kesembilan sandera itu! Terkunci di gudang bersama dengan pegawai-pegawai bank bodoh dan cerewet itu membuatku jengkel” Hyuna bercerita dengan ekspresi datarnya, “Aku bosan mendengar keluhan mereka! Terlalu berisik!”

Pengakuannya … tidak dapat kupercaya. Apa mungkin malaikat kecilku itu menjadi seorang pembunuh? Dengan susah kutelan saliva yang tertahan di tenggorokanku dari tadi. “Tidak mungkin!”

“Apa menurutmu aku tidak mungkin melakukannya, eonnie? Malaikat kecilmu ini menjadi seorang pembunuh, eoh?” Sahut Hyuna padaku sambil mendekatkan wajahnya ke telingaku.

“Aku tidak percaya, Hyunnie-ya! Kau cuma berbohong untuk menakuti kami, kan?” Jawabku, memalingkan wajahku dari wajahnya. Air mataku sudah tidak dapat dibendung lagi. Semuanya mengalir begitu saja.

“Jangan menangis, eon!” Hyuna mengelap air mataku dengan tangannya. Tidak mungkin tangan ini adalah tangan seorang pembunuh. “Oh, ya, tujuanku hanya satu waktu itu, yaitu menjadi terkenal! Jadi, hanya aku saja yang terfoto di koran dan televisi sebagai satu-satunya sandera yang selamat! Hahaha …”

“Pembunuh! Kau psikopat, Kim Hyuna!” Teriak Kris, memecahkan kesenduan diantara Hyuna dan aku.

Kepala Hyuna langsung terdongak mendengar kata-kata Kris. Ia berjalan meninggalkan kursiku dan berjalan ke arah Kris. Kekhawatiranku memuncak sampai ke ubun-ubun memikirkan apa yang mungkin diperbuatnya. Sambil berjalan, Hyuna mengambil sesuatu dari balik bajunya. Apa yang mau dilakukannya dengan benda itu?

“Apa kau sekarang menyadarinya, oppa? Kekasih yang menjalin hubungan 2 tahun dan 2 bulan bersamamu adalah seorang pembunuh dan psikopat, eoh?” Tanya Hyuna pada Kris. Dimainkannya benda tajam dan runcing itu di badan Kris, mulai dari perut, dada, leher, dan pahanya.

“Aku juga mau mengaku satu hal lagi” ucapnya santai, “Mengenai kebakaran di rumahku … aku juga yang melakukannya! Hahaha …” putusnya.

“Wae? Kenapa kau melakukannya, Hyunnie-ya? Aku tidak tahan lagi mendengar pengakuanmu!” Tangisanku sudah tidak tertahankan lagi. Tidak dapat kupercaya selama ini aku tinggal dengan seorang pembunuh.

“Mereka terlalu naif, Eonnie! Ayahku seorang pemabuk, ibuku seorang pelacur, oppa selalu berganti-ganti pasangan dan mereka sering sekali melakukan ‘hal itu’ di rumah. Malam itu, saat makan malam, kucampurkan obat tidur di semua makanan. Setelah semuanya tidur, baru kuangkat mereka satu per satu ke kamar masing-masing.” Hyuna mulai tertawa, “Aku ingat kalau Appa yang paling berat! Kalau tidak salah aku harus berhenti 3 kali sebelum sampai di kamarnya. Hahaha …”

“Hentikan! Aku tidak mau lagi mendengarnya!” Tangkasku tidak tahan lagi. Mendengarnya saja membuatku mual.

“Ne, Eonnie!” Jawab Hyuna dengan gaya memelasnya. Ia bahkan tersenyum ke arahku. “Sekarang, kita lanjutkan ya, Oppa!”

Tangannya mulai bermain lagi di badan Kris. Dirobeknya kaos lusuh Kris dengan pisaunya. Wajah Kris memperlihatkan ketakutan yang tidak pernah dibayangkannya selama ini. Jika aku ada di posisi Kris, mungkin aku akan pingsan.

Sekarang Hyuna berdiri di belakang kursi Kris. Disayatnya bagian tengah tubuh Kris itu. Terlihat jelas garis horizontal di bagian dada Kris. Ketika Kris hendak berteriak kesakitan, Hyuna mencium bibirnya sambil menahan kepalanya. Aku berteriak histeris melihat penyiksaan mengerikan ini. Dadaku terasa sesak melihat Kris diciumnya. Darah kental mulai mengalir keluar dari sayatan dangkal itu.

“Eotthe, oppa? Ini ciuman pertama kita sejak aku keluar dari rumah sakit, kan?” Tanya Hyuna. “Sekarang aku akan mengukir tubuhmu, oppa!”

Hyuna berjalah ke depan kursi Kris dan menundukkan badannya di depan Kris. Diangkatnya pisau itu ke arah perut Kris. Disayatnya kulit Kris mengikuti alur abs di perutnya itu. Lekukan-lekukan gentle itu terlihat semakin nyata dengan darah yang mengalirinya. Semakin keras Kris meringis, semakin keras pula Hyuna tertawa. Sekarang, bagian depan tubuh Kris itu sudah tertutup dengan cairan berwarna merah pekat. Bahkan, celana jeans yang dikenakan Kris mulai basah karena menyerap darah yang mengalir ke bawah.

“Kau psikopat!” Bentak Kris yang terengah-engah. Ketakutanku semakin menjadi-jadi. Tangan dan kakiku gemetaran kencang. Apakah ini salah satu mimpi burukku?

“Aku tidak akan membunuhmu sekarang! Tenang saja! Kau akan merakan kesakitan yang tidak pernah kau bayangkan sebelum kau mati!” Sahut Hyuna.

Diangkatnya pisau tajam itu ke lengan Kris. Disayatnya pergelangan tangan kanan Kris . Aku yakin Hyuna akan membiarkan Kris kehabisan darah, lalu meninggal. Tapi, ketakutanku itu telah berubah menjadi mimpi buruk yang benar-benar terjadi. Hyuna berjalan ke arahku dengan pisau di tangannya.

“Hyunnie-ya, kau mau apa? Jangan mendekat!” Perintahku. Kurasa nada suaraku mulai bergetar sekarang.

“Eonnie, kau tidak perlu takut! Aku tidak akan membuatmu menderita seperti kekasihmu itu!”

“Kekasih?” Tanyaku kaget. Aku memang menyukai Kris, tapi tidak pernah terlintas di pikiranku untuk menjalin hubungan dengannya.

“Ya, kekasih, eon!” Kristal bening itu juga mengalir dari matanya. “Kau pikir aku bodoh, eoh? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan di halaman rumah kita minggu lalu! Bahkan aku melihatmu berciuman dengannya!”

Kuputar kepalaku mencari serpihan-serpihan memori seperti yang digambarkannya itu. Akhirnya, kepalaku terpusat pada satu titik. Memori itu. Kejadian itu. Apakah ia melihatnya?

“Hyunnie-ya, itu tidak seperti yang terlihat! Aku bisa menjelaskannya!

DEPPPP!!! —

Yoona’s POV End

★★★★★

Author’s POV

“ANDWAEEEEEE!!!” Kris berteriak kencang. Badannya meronta-ronta minta dilepaskan ketika melihat kekasihnya itu terluka.

Badan Yoona mengejang ketika pisau itu menancap di matanya. Dengan ukuran pisau itu, dapat dipastikan kalau otak Yoona juga terluka. Darah kental terciprat mengenai wajah dan rambut Hyuna. Tak tampak ekspresi takut ataupun sedih dari wajahnya. Darah kental itu mengalir keluar dari sela-sela mata dan pisau itu, membasahi baju dan lehernya.

“Kau psikopat gila, Hyuna! Aku tidak akan membiarkanmu hidup!” Kris berteriak kencang. Darah dari sayatan-sayatan di tubuhnya semakin deras mengalir keluar.

“Dia akan bertemu dengan ibunya juga sebentar lagi! Tenang saja, oppa!” Jawab Hyuna santai.

“Ibunya?” Kris terdiam sejenak, “Kau membunuh Auntie Im? Kau psiko!”

“Bukankah aku baik? Aku sudah menyiapkan jalan untuk mereka ke surga.  Jadi, mereka tidak perlu bersusah payah bedoa setiap hari, eoh?” Balas Hyuna.

Hyuna berjalan menuju pintu keluar. Melihat Yoona terbunuh di depan matanya merupakan siksaan terberat bagi Kris. Kris mulai merasakan mati rasa di bagian tangan kanannya. Melihat jumlah genangan darah di lantai, sudah banyak darah Kris yang terbuang. Kris sendiri tahu kalau waktunya tidak akan lama lagi. Pandangan matanya semakin kabur. Sosok yang terlihat di saat terakhirnya adalah Yoona, seseorang yang benar-benar dicintainya.

★★★★★

Diambilnya telepon genggam miliknya untuk menelepon polisi datang ke gudang, tempat Yoona dan Kris disekap. Hyuna tahu kalau ia tidak akan dihukum berat. Jika kepolisian melihat riwayat kejiwaannya, mereka tidak akan memasukkannya ke dalam penjara. Ia akan dialihkan ke rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan.

“Rumah sakit jiwa, ya? Hahaha” Hyuna tertawa setelah meneguk wine di tangannya. Senyumannya semakin lebar ketika mengingat terapi-terapi yang dilakukannya di rumah sakit jiwa dulu.

“Aku hanya perlu berpura-pura bodoh dan mereka akan membiarkanku tenang di bilikku, seperti biasanya! Hahaha …”

Malam yang singkat itu diakhirinya dengan meminum wine di bawah sinar bulan. Hanya menunggu beberapa menit lagi sebelum polisi benar-benar datang. Tidak ada satu pun anggota keluarganya yang tersisa. Melihat kematian membuat pikiran Hyuna tenang. Ia tidak perlu bersikap manis layaknya malaikat lagi. Yang ada di pikirannya adalah ‘kebebasan’ yang sesungguhnya.

★★★★★

*flashback*

Setelah mendengar bunyi pintu rumah yang dibanting keras, yeoja cantik berambut merah itu melompat ke semak-semak. Ia bersembunyi di balik rimbunan di bawah jendela rumahnya. Ia mengira ada penjahat yang berusaha masuk ke dalam rumahnya. Tapi, semakin lama dua orang yang tidak asing baginya itu mulai terlihat. Eonnie yang menjaganya selama ini bersama dengan namjachingu yang selalu dimimpikannya dalam 2 tahun terakhir. Awalnya tidak ada yang mencurigakan, tapi setelah melihat cap tangan merah di wajah Kris, Hyuna sadar ada yang mengganjal di hatinya. Rasa sesak bercampur benci mulai merajainya. Semakin lama ia mendengar percakapan keduanya, semakin sesak dadanya.

“Oppa, jangan sekali-kali kau berani mengatakannya lagi!” Bentak Yoona yang telah berusaha mengusir Kris dari rumahnya untuk kesekian kali.

“Tapi, Yoong, aku benar-benar menyukaimu! Ani … aku mencintaimu, jinjja!” Sahut Kris yang dari tadi berusaha memegang bahu Yoona. Hanya saja, Yoona selalu menghindarinya.

Cap merah di pipi Kris berbentuk tangan itu diberikan Yoona ketika Kris menyatakan perasaanya pertama kali. Tidak ada yang sadar kalau ada sepasang mata yang memperhatikan keduanya dari tadi. Mata yang berkilauan karena tangisan itu tidak bisa lepas dari keduanya. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada mendengar namjachingunya menyatakan cinta pada yeoja lain. Parahnya, yeoja itu adalah eonnienya sendiri.

“Tapi, aku tidak bisa mencintaimu, oppa! Aku tidak bisa mengkhianati adikku sendiri!” Balas Yoona.

“Tapi, kau mencintaiku, kan?” Tanya Kris pada Yoona. Pipi Yoona memerah setelah mendengar pertanyaan Kris. Ia tidak pernah menyangka kalau mimpinya ini terjadi.

“Ne, aku mencintaimu, tapi Hyuna lebih mencintaimu! Kris, aku …”

Kata-kata Yoona terputus saat Kris menciumnya. Bibir keduanya bersatu mesra. Kris menginginkan ini dari dulu, tapi ia harus menjaga perasaan Hyuna. Kris sudah berencana untuk memutuskan hubungan dengan Hyuna. Ia menginginkan sesuatu yang lebih, yaitu Yoona. Sedangkan, Yoona tidak mau melepaskan ciuman itu, meskipun ia tahu ia tidak boleh melakukannya.Tapi, ini adalah kesempatan yang tidak pernah akan terulang lagi.

Tangisan Hyuna semakin menjadi-jadi melihat keduanya berciuman mesra.

“Aku akan membalasnya! Lihat saja nanti!”

*flashback end*

THE END

★★★★★

Hohoho … Akhirnya kembali publish FF juga. Rencananya mau bikin thriller yang mengerikan, eh tahunya malah jadi thriller-thrilleran. Mudahan suka ya 😀 Jangan lupa komen ya! Thank you, chingudeul!

15 comments

  1. Tau Yoona berakhir sperti itu hati Yoonaddict mana yg gak hancur… Gak rela, bnr2 gak rela… Tp bwt kpentingan crita ya sudahlah…

Tinggalkan komentar